Wednesday, October 18, 2006

 

MENINGGALKAN NEGERI ORANG GILA

Dimuat dalam buletin Provokashi edisi04/I/Juli-September 2001

MENINGGALKAN NEGERI ORANG GILA


Orang gila di lampu penyeberangan

Rambutnya gimbal

Kumis dan jenggotnya jarang-jarang

Membawa gembolan ..............................

Secara pribadi saya iri kepada orang gila. Mereka kelihatan bebas tanpa beban. Mereka bebas mau tidur di mana, mau mandi atau tidak, mau makan apa, mau berpakaian atau telanjang. Siapapun ingin bebas, anehnya tak seorangpun mau menjadi gila. Adakah sesuatu yang membedakan kebebasan orang gila dengan orang waras. Orang gila tak mempermasalahkan segala sesuatu bukan karena merasa bebas, tetapi karena lepas kontrol dan kehilangan sensor untuk rasa malu, rasa bersalah, dan rasa-rasa yang lain. Orang gila juga kehilangan orientasi untuk segala tindak-tanduk yang dilakukannya. Ia tak menyadari untuk apa tindakannya dilakukan. Rupanya inilah yang pada akhirnya menjadi ukuran orang itu waras atau tidak, yakni kontrol diri atau sensornya serta orientasi hidupnya.

Hal ini menarik ketika kita merefleksikan kebebasan buruh. Kita hendak memilih pola pembebasan diri yang bisa diterima orang. Pada hemat saya, kebebasan adalah pertanda orang waras (tidak gila), kebebasan harus dikejar untuk menjadi waras, dengan cara yang waras pula, yakni dengan sensor dan orientasi. Pertama, sensor atau kontrol diri berarti suatu kesadaran untuk menempatkan dirinya sesuai aturan main yang ada. Aturan mainnya adalah Undang-undang perburuhan dan sensornya yang lain adalah kehendak masyarakat pelaku undang-undang. Undang-undang mestinya dijadikan sarana pembenaran setiap tuntutan dan keputusan Buruh. Kondisi dan kehendak masyarakat tersebut harus didengarkan juga sebagai ukuran ugahari tuntutan buruh. Perjuangan yang tak pernah terkontrol oleh undang-undang dan tatanan masyarakat hanya akan membuahkan aksi orang gila yang cenderung mengandalkan kekuatan fisik. Kita berkali-kali mencoba memperjuangkan kemerdekaan buruh. Sayang masih banyak dari kita yang kurang menguatkan diri dengan pengetahuan akan Undang-undang perburuhan dan kurang mencari dukungan kepada masyarakat.

Kedua, hal yang belum umum adalah soal orientasi. Orientasi adalah pikiran ke depan bagi dunia perburuhan. Orientasi menyangkut kehidupan buruh pada umumnya maupun kehidupan pribadi buruhnya sendiri. Orientasi adalah hal jauh ke depan yang mesti dipikirkan dari sekarang. Mari berbicara persoalan seoarang buruh lebih dahulu. Ada buruh yang memiliki cita-cita dan rancangan-hidup, ada yang tidak sama sekali. Yang memilikinya akan memikirkan cita-cita hidupnya dan merancang bagaimana cita-cita itu dicapai. Tandanya kelihatan ketika seorang buruh ditanya soal masa depannya. Ada seorang buruh yang mampu mengatakan cita-cita dan upaya-upaya yang telah ia lakukan tahap demi tahap. Kita sering kagum mendengar seorang buruh yang dengan upah yang pas-pasan pun masih menabung, menyisihkan uangnya untuk memikirkan rumahnya, untuk menikah suatu ketika, dan sebagainya. Dalam tingkat yang lebih luas, pemerdekaan buruh juga memerlukan orientasi. Untuk inilah kita sebagai buruh memerlukan hal-hal yang penting untuk masa depan perburuhan kita. Misalnya kita memerlukan Undang-undang yang benar-benar adil dan memperhatikan kepentingan kaum buruh. Untuk itu tak akan tercapai bila kita berpangku tangan tak ikut mengupayakan seruan-seruan yang berarti untuk perubahan perundang-undangan. Mulai sekarang kita bisa memikirkan lapangan kerja yang pantas agar setiap orang mendapat pekerjaan, agar daya tawar buruh menguat dan posisi buruh tak terombang-ambingkan oleh ancaman PHK. Semua itu benar-benar tercapai kalau kita bermodalkan orientasi bagi dunia perburuhan kita.

Demikianlah urun rembug untuk memetakan pemerdekaan buruh. Usulan di atas merupakan pembongkaran falsafah pembebasan yang utuh, dengan pembebasan DARI berbagai belenggu penindasan menuju pembebasan UNTUK sebuah kondisi yang lebih baik. Kelengkapan pemerdekaan itulah yang kiranya membantu kita untuk berjalan meninggalkan negeri gila yang saling sikut serta kehilangan kontrol dan orientasi ini.


Comments: Post a Comment



<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?