Wednesday, September 20, 2006
TUMPUAN IMAN KEBANGKITAN BURUH
Ucok adalah seorang kawan yang demen ikut ngalor-ngidul dalam kegiatan di KPK dan PPB KS. Pergaulannya dengan dunia perburuhan membuahkan refleksi berikut
Kristus telah bangkit dari alam maut dan duduk di sebelah kanan Allah BapaNya. Sepanjang hidup Yesus senatiasa melakukan karya penebusan yang dilakukan lewat pilihanNya, yakni membawa khabar bagi kaum miskin dan tertindas. Pilihan Yesus ini nyata dalam sengsara dan kebangkitanNya. Kebangkitan Kristus sebagai puncak pilihanNya telah menghadirkan era baru, yakni pembebasan bagi kaum miskin dan tertindas. Dengan kebangkitanNya, Kristus mengajak orang miskin dan tertindas untuk ikut bangkit dari kelemahan-kelemahan dan dari ketidakberdayaannya.
Warta itu berbicara apa bagi kaum miskin jaman ini? Dalam Kitab Suci kita mengenal gambaran orang miskin yakni para tahanan, orang-orang buta, orang-orang kusta dan sebagainya. Kondisi itu tidak jauh berbeda dengan masyarakat kita sekarang, yakni bahwa masyarakat miskin itu masih tetap ada. Dalam masyarakat industrial kaum buruhlah yang merupakan golongan kaum miskin.
Kemiskinan yang dialami oleh kaum buruh tidak saja dialami secara materi, tapi mereka miskin secara sosiologis. Mereka miskin karena adanya sistem yang tidak adil yang diterapkan dalam tatanan industrial, baik itu dalam bentuk UU perburuhan maupun peraturan perusahaan, tempat mereka bekerja.
Mereka menjadi golongan masyarakat yang rawan eksploitasi oleh para pemilik modal. Dalam kondisi seperti ini seharusnya buruh sebagai warga negara mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Tetapi justru pemerintah lebih memfasilitasi para pemilik modal untuk dapat mengeksploitasi buruh melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan yakni dengan terbitnya UU yang mengabaikan hak-hak buruh. Hal ini dapat dicontohkan dengan digulirkannya tiga paket RUU yang salah satunya sudah gol.
Itulah kehidupan buruh yang dalam kesehariannya, mereka sudah bekerja penuh “dedikasi” pada perusahaan, tempat mereka bekerja. Namun dalam kenyataannya mereka selalu terganjal birokrasi, aturan-aturan/ keputusan perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik tempat mereka bekerja. Kebijakan pemerintahpun selalu memojokkan mereka. Bahkan buruh perempuan mempunyai kondisi yang lebih parah. Buruh perempuan di Indonesia harus merasakan penderitaan yang lebih kompleks. Mereka tidak mendapatkan perlindungan secara khusus atas hak-hak mereka dalam dunia pekerjaannya. Bahkan pemerintah tidak peduli dengan nasib mereka yang sangat rawan terjadinya diskriminasi.
Dalam kondisi seperti ini buruh tetap mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Kondisi ini semakin diperparah dengan kondisi perekonomian Indonesia yang semakin mencekik sehingga upah buruh semakin tidak ada artinya dibandingkan dengan harga-harga yang terus melejit. Maka lengkaplah penderitaan dan beban yang harus mereka tanggung.
Moment 1 Mei ini mereka gunakan untuk bersama-sama mencoba bangkit dan bergerak. Mereka menjerit, berteriak, dan bergerak dengan harapan agar lebih banyak pihak yang berkehendak baik yang mau memberikan perhatian dan mau membuka hati atas perjuangan mereka dalam menegakkan keadilan di negeri yang sedang sakit ini. Mereka sudah bosan,
mereka sudah jenuh dengan ketidakadilan yang setiap hari menjadi makanan mereka. Bersama-sama mereka bergerak di bawah terik sinar matahari yang menyengat menuju tempat keberadaan para penguasa yang berwenang membuat kebijakan. Seperti yang terjadi di Surabaya, perayaan 1 Mei oleh Komite Aksi Satu Mei dilaksanakan tanpa kekerasan, tanpa bakar-bakaran, yang terjadi hanyalah aksi penuh damai, rasa cinta dan rasa senasib dengan satu tujuan agar keadilan dapat ditegakkan di negeri ini. Mereka memperjuangkan agar aspirasi mereka didengarkan dan karya-karya mereka diperhatikan sebagai masukan dalam membuat kebijakan. Tentu saja para buruh tidak sendirian. Mereka bersama dengan semua orang yang berkehendak baik, yang sadar dan paham akan penderitaan buruh. Dengan demikian perayaan buruh menjadi semakin berarti.
Kalau kita refleksikan lebih dalam, kebangkitan kaum buruh ini dapat menjadi cermin real dalam masyarakat atas kebangkitan Kristus. Perayaan 1 Mei merupakan perayaan kemenangan buruh, yakni menjadi suatu titik kemenangan dalam sejarah pergerakan buruh dalam memperjuangkan keadilan. Sementara Paskah merupakan kemenangan Kristus dalam pembebasan manusia. Dengan demikian perayaan 1 Mei dan perayaan Paskah mempunyai titik persamaan makna yakni sebagai hari kemenangan dalam sebuah perjuangan.
Melalui perayaan hari buruh ini makin terasalah makna kebangkitan Kristus. Perayaan hari buruh juga merupakan suatu wujud aktualisasi misi dan visi Yesus (Luk 4 : 18). Hal ini juga menjadi tantangan bagi kita yang mengaku sebagai pengikut Yesus untuk turut serta mewujudkan visi misi Yesus tersebut dalam peran kita masing-masing.
Semoga kebangkitan Kristus membuat kita sadar terhadap makna kebangkitan Kristus dan kita mau ikut serta mendukung perjuangan kawan-kawan buruh bukan hanya dengan materi, tetapi juga dengan keterlibatan real dan juga dengan doa agar para buruh dapat meraih hak-hak mereka secara adil , yang saat ini terasa sangat sulit untuk tercapai. Berjuang terus dan semoga Kristus selalu mendampingi perjuangan kita bersama.
Peace, love and friendship.
Juli 2001
By Ucok
Warta itu berbicara apa bagi kaum miskin jaman ini? Dalam Kitab Suci kita mengenal gambaran orang miskin yakni para tahanan, orang-orang buta, orang-orang kusta dan sebagainya. Kondisi itu tidak jauh berbeda dengan masyarakat kita sekarang, yakni bahwa masyarakat miskin itu masih tetap ada. Dalam masyarakat industrial kaum buruhlah yang merupakan golongan kaum miskin.
Kemiskinan yang dialami oleh kaum buruh tidak saja dialami secara materi, tapi mereka miskin secara sosiologis. Mereka miskin karena adanya sistem yang tidak adil yang diterapkan dalam tatanan industrial, baik itu dalam bentuk UU perburuhan maupun peraturan perusahaan, tempat mereka bekerja.
Mereka menjadi golongan masyarakat yang rawan eksploitasi oleh para pemilik modal. Dalam kondisi seperti ini seharusnya buruh sebagai warga negara mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Tetapi justru pemerintah lebih memfasilitasi para pemilik modal untuk dapat mengeksploitasi buruh melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan yakni dengan terbitnya UU yang mengabaikan hak-hak buruh. Hal ini dapat dicontohkan dengan digulirkannya tiga paket RUU yang salah satunya sudah gol.
Itulah kehidupan buruh yang dalam kesehariannya, mereka sudah bekerja penuh “dedikasi” pada perusahaan, tempat mereka bekerja. Namun dalam kenyataannya mereka selalu terganjal birokrasi, aturan-aturan/ keputusan perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik tempat mereka bekerja. Kebijakan pemerintahpun selalu memojokkan mereka. Bahkan buruh perempuan mempunyai kondisi yang lebih parah. Buruh perempuan di Indonesia harus merasakan penderitaan yang lebih kompleks. Mereka tidak mendapatkan perlindungan secara khusus atas hak-hak mereka dalam dunia pekerjaannya. Bahkan pemerintah tidak peduli dengan nasib mereka yang sangat rawan terjadinya diskriminasi.
Dalam kondisi seperti ini buruh tetap mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Kondisi ini semakin diperparah dengan kondisi perekonomian Indonesia yang semakin mencekik sehingga upah buruh semakin tidak ada artinya dibandingkan dengan harga-harga yang terus melejit. Maka lengkaplah penderitaan dan beban yang harus mereka tanggung.
Moment 1 Mei ini mereka gunakan untuk bersama-sama mencoba bangkit dan bergerak. Mereka menjerit, berteriak, dan bergerak dengan harapan agar lebih banyak pihak yang berkehendak baik yang mau memberikan perhatian dan mau membuka hati atas perjuangan mereka dalam menegakkan keadilan di negeri yang sedang sakit ini. Mereka sudah bosan,
mereka sudah jenuh dengan ketidakadilan yang setiap hari menjadi makanan mereka. Bersama-sama mereka bergerak di bawah terik sinar matahari yang menyengat menuju tempat keberadaan para penguasa yang berwenang membuat kebijakan. Seperti yang terjadi di Surabaya, perayaan 1 Mei oleh Komite Aksi Satu Mei dilaksanakan tanpa kekerasan, tanpa bakar-bakaran, yang terjadi hanyalah aksi penuh damai, rasa cinta dan rasa senasib dengan satu tujuan agar keadilan dapat ditegakkan di negeri ini. Mereka memperjuangkan agar aspirasi mereka didengarkan dan karya-karya mereka diperhatikan sebagai masukan dalam membuat kebijakan. Tentu saja para buruh tidak sendirian. Mereka bersama dengan semua orang yang berkehendak baik, yang sadar dan paham akan penderitaan buruh. Dengan demikian perayaan buruh menjadi semakin berarti.
Kalau kita refleksikan lebih dalam, kebangkitan kaum buruh ini dapat menjadi cermin real dalam masyarakat atas kebangkitan Kristus. Perayaan 1 Mei merupakan perayaan kemenangan buruh, yakni menjadi suatu titik kemenangan dalam sejarah pergerakan buruh dalam memperjuangkan keadilan. Sementara Paskah merupakan kemenangan Kristus dalam pembebasan manusia. Dengan demikian perayaan 1 Mei dan perayaan Paskah mempunyai titik persamaan makna yakni sebagai hari kemenangan dalam sebuah perjuangan.
Melalui perayaan hari buruh ini makin terasalah makna kebangkitan Kristus. Perayaan hari buruh juga merupakan suatu wujud aktualisasi misi dan visi Yesus (Luk 4 : 18). Hal ini juga menjadi tantangan bagi kita yang mengaku sebagai pengikut Yesus untuk turut serta mewujudkan visi misi Yesus tersebut dalam peran kita masing-masing.
Semoga kebangkitan Kristus membuat kita sadar terhadap makna kebangkitan Kristus dan kita mau ikut serta mendukung perjuangan kawan-kawan buruh bukan hanya dengan materi, tetapi juga dengan keterlibatan real dan juga dengan doa agar para buruh dapat meraih hak-hak mereka secara adil , yang saat ini terasa sangat sulit untuk tercapai. Berjuang terus dan semoga Kristus selalu mendampingi perjuangan kita bersama.
Peace, love and friendship.
Juli 2001
By Ucok