Tuesday, September 05, 2006

 

Dobrakkk!!!

Kawan-kawan, PHK saat ini menghantui hampir semua buruh, baik yang berstatus tetap maupun kontrak. Hal ini tidak terlepas dari kekuatan para pengusaha untuk memaksimalkan laba yang hendak mereka capai, dengan kekuatan pemerintah.

Bekerja kepada orang lain (menjadi buruh rendah - sampai atas/manager), kalau tidak memiliki keahlian/ketrampilan (skill) saat ini sangat tidak dihargai. Apalagi kita tahu bahwa jumlah pengangguran lebih banyak dari lowongan pekerjaan yang tersedia. Akibatnya, kita sudah merasa bersyukur kalau sudah bekerja pada orang lain, yang mengakibatkan posisi tawar kita menjadi rendah. Buruh bekerja mati-matian demi mempertahankan pekerjaannya agar tidak di PHK, sedangkan pengusaha dengan berbagai macam alasan mampu dan berkuasa memecat buruh sewaktu-waktu, untuk mengurangi biaya produksi agar laba tetap tinggi. Padahal jelas dalam kesehariannya, pengusaha melakukan banyak sekali pelanggaran terhadap hak buruh. Masalahnya sekarang, apakah kita akan diam saja melihat kenyataan ini?

Kita mempunyai beberapa masalah pokok, pertama, PHK semena-mena akibat dari Undang-Undang yang lemah dan memihak pengusaha ; kedua, PHK karena buruh tidak mempunyai ketrampilan dan berada pada posisi tawar yang lemah; ketiga, pengetahuan baik dalam lingkup perburuhan dan politik, sosial ekonomi yang tidak berkembang; dan terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah kebutuhan untuk memperjuangkan hak buruh dan memiliki ketrampilan untuk mandiri (tidak tergantung pada pengusaha) sangatlah minim, bahkan nyaris tidak ada!

Saat ini bukanlah saatnya, buruh menggantungkan hidup mati kepada pengusaha dan bersyukur bila dapat bekerja di perusahaan. Buruh harus berani merubah sudut pandang, bahwa pengusaha dan buruh saling membutuhkan. Buruh bukanlah mesin atau robot, untuk itu buruh harus terampil, pandai, dan tidak pasrah saja menerima ketidakadilan, melainkan mampu dan mau memperjuangkannya.

Terampi/memiliki ketrampilan adalah suatu sikap antisipatif terhadap kondisi buruh saat ini yang lemah, sehingga ketika sewaktu-waktu di PHK kita masih memiliki keahlian untuk mandiri dan berwiraswasta. Ada banyak kesempatan kita untuk belajar ketrampilan (tidak harus kursus dan menunggu punya modal). Banyak kawan-kawan di sekitar kita menawarkan kebaikan untuk belajar ketrampilan. Apakah kita mau menggunakan kesempatan itu?

Pandai, pandai tidak sama dengan pendidikan formal harus tinggi. Pandai berarti ada kemauan dan usaha bagi buruh dengan cara apapun mempelajari situasi politik, sosial, ekonomi, budaya yang ada di masyarakat, baik di pabrik, lingkungan rumah/kost, masyarakat, dan negara.

Untuk menjadi pandai kita harus berani keluar dari diri kita untuk berelasi dengan masyarakat sekitar, tidak hanya berteman dengan teman satu kost, satu kontrakan, satu suku, satu agama atau yang dikenal saja. Pandai juga berarti kita harus mau membaca buku, koran, majalah atau apa saja. Bila tidak punya uang bisa pinjam. Bila buruh tidak ada kemauan untuk maju, berkembang, dan menjadi pandai, maka penghapusan akan kesewenang-wenangan pengusaha hanyalah menjadi mimpi di siang bolong.

Kawan-kawan, hidup mati kita tidak tergantung pada pengusaha, pemerintah, dewa penolong atau siapa pun! Hidup mati kita ada di tangan kita sendiri! Bagaimana dengan kawan-kawan, apakah kawan-kawan tetap ingin menjadi katak dalam tempurung, yang tidak berdaya tetapi tidak ada keinginan dan usaha untuk menjadi berdaya? Tidak ada kata terlambat untuk suatu perubahan, mari kita bersama-sama bergandengan tangan memperjuangkan keadilan. Sambil mendobrak sistem Pemerintahan yang tidak adil, kita dobrak belenggu ketakutan, kemalasan, gengsi dan sikap pasrah yang merantai diri kita !!! Hidup Buruh!!! (Kobar KPK)


Comments: Post a Comment



<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?