Saturday, September 02, 2006
Kapitalisme Bersatu !!!
Buruh bersatu tidak bisa dikalahkan !!!
Slogan-slogan di atas mampu membakar semangat juang buruh dalam tiap aksi buruh menentang penindasan yang dilakukan oleh pengusaha dan negara.
Tetapi pernahkah terpikir oleh para pengurus serikat buruh atau kelompok-kelompok yang bergerak di dunia perburuhan untuk juga mau bersatu melawan musuh yang sama?
Mengapa pemikiran ini sampai terlontar dikarenakan tidak dapat dipungkiri bahwa “gap” atau sikap saling mencurigai, berseteru, dan dan tidak percaya di antara serikat atau kelompok-kelompok buruh masih ada, dan kalau tidak dibongkar akan hidup subur. Katakan sebagai contoh, apabila serikat buruh A bergabung dalam suatu kegiatan, serikat buruh B yang bertentangan ideologi atau prinsip tidak mau menghadirinya. Meskipun kalau ditinjau lebih jauh, relasi antar pribadi/individu antara kelompok atau serikat yang berbeda baik-baik saja. Masalah muncul dan terlihat dalam tataran kelompok atau serikat.
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa masing-masing kelompok atau serikat mempunyai kepentingan dan idealisme sendiri, dan bergerak dengan metode yang diyakininya. Tetapi satu kata kunci yang sama adalah kelompok atau serikat sama-sama memperjuangkan hak buruh yang sudah lama tertindas dengan adanya sistem atau Undang-Undang yang tidak adil bagi buruh, meskipun dengan cara yang berbeda. Dan yang pokok adalah buruh menghadapi musuh bersama yang sangat besar yaitu kapitalisme gurita yang didukung oleh negara lewat kebijakan-kebijakannya.
Menghadapi musuh yang besar dan sangat kuat, tidak bisa hanya dilakukan dengan satu metode saja. Sangat dibutuhkan adanya perjuangan di tingkat basis/serikat, wilayah/regio, nasional bahkan internasional. Dan strategi yang perlu dilakukan adalah dalam bentuk advokasi dan pemberdayaan melalui bentuk aksi struktural/transformatif atau pun karitatif apabila dirasa perlu. Beragam strategi aksi tersebut harus selalu sinergis dan bukannya saling mengecam atau menjatuhkan.
Aksi transformatif sangat diperlukan untuk merubah sistem perburuhan yang ada di Indonesia. Bahkan tidak hanya sistem perburuhan saja, melainkan sistem pendidikan, perekonomian, perundangan, dan seluruh sistem yang berlaku di Indonesia, agar memihak pada rakyatnya dan bersikap adil. Masalah perburuhan tidak dapat terlepas dari serangkaian masalah yang lain, yang disebabkan oleh sistem pemerintahan di segala bidang yang bobrok. Kegiatan advokasi dan pemberdayaan bagi buruh sangat membantu buruh untuk memahami akar permasalahan yang terjadi di perburuhan, dan dapat dengan tepat menembak mati sumber masalah dan tidak terlalu panjang membuang energi.
Aksi dalam bentuk karitatif juga diperlukan dengan melihat kondisi di tingkat basis. Serikat atau kelompok atau LSM tidak boleh tinggal diam ketika melihat kondisi buruh atau anggotanya sudah benar-benar tidak berdaya, bahkan tidak bisa makan. Menjadi tidak bertanggung jawab apabila serikat atau khususnya pendamping buruh hanya menyeru-nyerukan, mendorong dan memberikan bermacam pelatihan tentang perburuhan, tetapi pada gilirannya buruh terkena PHK karena kevokalannya atau perjuangannya, pendamping diam saja. Pelatihan-pelatihan ketrampilan bahkan pada titik usaha mencari modal bersama serta pemasarannya diperlukan sebagai bentuk tindakan antisipatif dan kuratif melihat fenomena PHK yang semakin menjadi-jadi.
Beragam bentuk aksi tersebut mutlak diperlukan dan melalui kerja jaringan yang luas, permasalahan akan lebih mudah untuk dipecahkan daripada berjuang sendiri-sendiri. Dan jelas untuk mencapai semua itu diperlukan sikap keterbukaan, saling percaya dan kerja sama.Memegang teguh prinsip dan idealisme adalah penting, tetapi bila menjadi keangkuhan serikat atau kelompok tiadalah artinya. Bersikap kritis terhadap tawaran dan keberadaan kelompok atau serikat lain memang perlu, tetapi jika itu menjadikan serikat atau kelompok bersikap tertutup, apalah gunanya. Mengapa Kapitalisme begitu kuat dan besar?? Jawabnya adalah karena mereka bersatu....!!!
Domin
26 September 2003, 16.25 WIB